Materi Audio Video :
Video Art Urban Room Project dan Hujan Di Pagi Hari (Afrizal Malna),
Threefingers (Radiohead)
Puisi : Seperti Apakah Januari Itu, Halaman Belakang Bulan
Januari, Hujan Di Pagi Hari, Dada (Afrizal Malna)
TEKS
|
ACTIONS
|
SEPERTI APAKAH JANUARI ITU
Seperti apakah sakit perut dan gatal-gatalmu januari besok, sayangku?
Seperti cintaku padamu, seperti langit jam 5 pagi di punggungmu. Seperti jam
5 pagi aku memelukmu dan bibirmu terbuka memperlihatkan sebuah kebun. Awan-awan
berwarna hijau di tanganku tidak terlalu berat, sedikit lebih padat seperti
batu-batu giok dari afghan di lehermu.
Aku mencium lehermu, sebuah teluk dalam lorong waktu. Pantai yang
tiba-tiba tumbuh dan anak-anak telanjang berkejaran mengejar waktu. Mereka
menangkapnya, seperti memegang ujung benang layang-layang di masa
kanakmu.(...)
HALAMAN BELAKANG BULAN JANUARI
Engkau tak bisa merekat nyanyian burung, menjelang hujan, di halaman
belakang bulan januari. Hujan masih mengungsi di negeri yang lain, sejak
keretamu menerjang bulan januari dari politik pisang goreng. Engkau juga tak
mengerti, bulan januari akan datang setahun lagi. Datang bersama bulan april.
Dia akan datang dengan bibir-bibir emas, dari keris yang engkau sembunyikan
di punggungmu. Engku tak bisa merekat nyanyian burung pada
langkah-langkahnya.(...)
HUJAN DI PAGI HARI
Tidak seperti yang pernah dibayangkan, dunia tinggal satu-satunya
alasan untuk menjelaskan keadaan kita.
Kata-kata berlewatan tanpa memerlukan seorang pembicara pun di situ.
Kita menatap, kaca dalam diri sendiri basah. Kisah-kisah lampau tak
lagi mengirim kabar, terbongkar dari ikatan-ikatannya.
Semua yang dibuat, tak bisa lagi jadi penjelasan hari-hari kita.
Membacakan lagi kisah-kisah: kita bukan pusat segala-galanya, bukan?
Kita mencium bau tubuh sendiri di situ, seperti mencium bau
obat-obatan. Dan mengusik lagi satu cerita: tak ada lagi darah yang mengalir
di lehermu.
Kita pernah membuat rumah, sebuah dunia, tetapi dengan merasa heran
kita bertanya: ke mana mau pulang?
Segala yang bergerak diam-diam sedang mengubah dirinya sendiri, hanya
untuk mengenali kembali jalan-jalan yang pernah dilalui.
DADA
Sehari. Waktu sama sekali tak ada, Dada. Bumi terbaring dalam tangan
yang tidur. Sehari. Aku bermimpi jadi manusia, Dada. Sehari. Dada. Sehari.
Semua terbaring dalam waktu tak ada, Dada.
Membaca kenapa harus membaca, bagaimana harus dibaca,
Orang-orang terbaring dalam tangan yang tidur. Sehari. Dada. Sehari.
Menulis kenapa harus menulis, bagaimana harus ditulis.
Sehari. Waktu tidak menanam apa-apa, Dada. Hanya hidup, membaca yang
tak terduga.
Sehari. Menjadi manusia terbakar dalam mimpi sendiri. Sehari. Sehari.
|
Pemain memutar tali. Koreografis. Komposisi
rendah-tinggi. Surrealis.
Jalan jongkok ngesot di atas lantai
yang licin.
Pemain memakai untaian-untaian bola
pada rambutnya.
Ekspresi datar, berkumpul bergerombol,
celingak-celinguk, planga-plongo.
Mengambil buku, membaca buku.
Pemain menggotong baskom dengan
semangka di dalamnya.
Pemain berjatuhan ke dalam baskom
seperti cover buku Arsitektur Hujan.
Manekin jatuh ke baskom.
Ada pemain yang memakai baju bermotif
tutul-tutul warna-warni.
Pemain membawa payung. Memutar.
Gemetar. Menegang.
Pemain menghancurkan semangka.
Pemain diam hening, menyelami
kekhusyukan teks.
Pemain menutup payung.
Pemain tidur dan bermimpi jadi
manusia. Sleepwalker. Membelai satu
sama lain. Berteriak tanpa suara.
Pemain menabur pelangi.
Pemain bermain yoyo.
Dua sendok nasi disuguhan.
Pemain cuci muka dengan lelehan buah
semangka.
|
By Teater Omponk
semoga kuncup kan jadi bunga, wangi hidup berketulusan..
BalasHapussalam
#Jabat-erat!
Mantaffff.....
BalasHapus